Cermin Diri :
Ada teman yg waktu itu menurut saya omongannya agak nyelekit. Tapi saya diemin, saya nggak ngerasa itu "hinaan". Sampai ada teman saya yg lainnya yg secara nggak langsung kasih tau saya kalau itu keterlaluan. Saya mikir sepanjang hari, kalau diliat cuman waktu dia ngomong mungkin itu biasa. Tapi kalau omongan dia saya urutkan ke belakang... Iya, itu "hinaan".
Kadang saya juga ngerasa omongan saya terlalu "berlebihan" ke orang lain. Kalau saya "malu" buat minta maaf, besoknya saya bakal diam setengah hari nggak ngomong sama orang itu sampai saya ngerasa lega sendiri.
Saya suka Bahasa Indonesia, dan tulisan saya Bahasa Indonesia. Saya tanya jawab sama orang yg bahasanya campur, Indonesia dan Banjar. Waktu bahasa saya susah untuk dia cerna, saya marah. Saya bilang:
"Itu kan sesuai EYD! Masa gitu aja nggak tau? Kalau nulis itu yg bener.."
Yap, alhasil dia marah sama saya. Sebenernya dia nggak bilang marah, tapi berusaha menghentikan obrolan kami. Nggak sampai 1 menit saya sadar saya salah. Saya nggak bisa paksa orang untuk bicara dan menulis kayak saya.
Nggak semua yg saya utarakan disukai semua orang. Nggak semua pemikiran saya disukai semua orang. Jangan terus minta untuk dipahami dan dihargai, belajar memahami dan menghargai. Hal sepele dari mulut kita, bisa menjadi hal besar di telinga mereka. Buat telinga mereka dingin setiap mendengar kata yg keluar dari mulut kita. Buat mereka berpikir bahwa kita "cantik" bahkan lewat sebuah kata-kata.
"Aku lagi nggak suka sama "semut""
"Kenapa?"
"Dia nggak bisa bedakan antara pribadi sama yg nggak"
"Ya udah.. nggak usah didengar, ya"
*it's not a joke*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mau protes? tulis aja!!